Loading...

Motivasi Menurut Neurologi

Motivasi Menurut Neurologi


Sejak lahir, kecenderungan pertama yang aktif pada diri kita adalah kecenderungan jasmaniah. Kecenderungan ini menghubungkan hasrat kita dengan hal-hal di luar diri kita, menjadikannya motivasi eksternal. Hasrat kita untuk makan, minum, seks, dan berbagai keinginan lainnya memotivasi kita untuk memperoleh semua itu dari luar diri kita. Segala sesuatu yang ada di luar diri kita menjadi pemicu lahirnya motivasi ini, sehingga disebut motivasi eksternal.


Seseorang bisa saja berbuat baik, bersikap sopan, dan patuh kepada perintah karena didorong oleh motivasi eksternal. Contohnya, seseorang ingin memperoleh gaji, maka ia mengikuti aturan, bersikap baik, dan menjaga penampilan. Hal-hal baik yang dilakukan seseorang belum tentu berasal dari kesadaran dirinya, melainkan bisa karena dorongan motivasi eksternal. Hasrat jasmani ini begitu kuat sehingga seringkali melahirkan dorongan emosional untuk segera memenuhinya. Oleh karena itu, segala hasrat yang lahir dari kecenderungan jasmani disebut kecenderungan emosional.


Di satu sisi, ada bagian otak kita yang berfungsi sebagai CEO atas diri kita. Dalam filsafat Islam, ini disebut sebagai akal, yaitu kemampuan kita untuk berpikir, menganalisis, mengambil kesimpulan, serta mengetahui mana yang benar dan salah, baik dan buruk. Masalah terjadi ketika keinginan CEO otak bertentangan dengan kecenderungan emosional kita. Misalnya, CEO otak menginginkan kita bangun subuh karena tahu itu benar dan baik, tetapi secara emosional tubuh berusaha memblokir keinginan itu dengan melahirkan berbagai alasan untuk lanjut tidur.


Terjadi tarik-menarik keinginan antara CEO otak dan hasrat tubuh, dan seringkali yang menang adalah hasrat jasmani (kecenderungan emosional). Ketika terjadi konflik intens antara keduanya, stres muncul dan hasrat jasmani seringkali menang, membuat kita malas. Karena CEO otak tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk, setiap keinginan CEO otak lahir dari kesadaran diri dan tanggung jawab. Itulah yang disebut motivasi internal, karena termotivasi tidak lagi dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri. Oleh karena itu, sering terjadi konflik antara tanggung jawab dan hasrat emosional.


Agar kita senantiasa berada pada jalur yang benar dan baik, kita perlu melatih diri untuk membiarkan CEO otak menguasai berbagai hasrat jasmani. Hanya dengan menguasai kecenderungan emosional dari tubuh, kita bisa berpindah dari motivasi eksternal ke motivasi internal. Sehingga bekerja bukan lagi karena sekadar menginginkan uang, tetapi karena adanya kesadaran diri dan tanggung jawab terhadap amanah pekerjaan yang diberikan kepada kita. Pola yang sama berlaku pada pasangan, orang tua, anak, teman, kelompok, dan masyarakat. Ada tanggung jawab yang harus kita emban di setiap aspek kehidupan.

Kategori: Hipnosis